Jumat, 13 Januari 2017

Kampus Umar Usman, Kawah Candradimukanya Para Juragan


Siapa yang menyangka dalam waktu sesingkat itu mereka mampu untuk membangun singgasana bisnis, menyusun rangkaian sistem menajerial, siap mental mengantongi gundukan pundi-pundi kekayaan, dengan wajah polos namun dapat menerawang algoritma beserta pola perniagaan. Siapa sangka?

Wisanggeni salah seorang anak arjuna sewaktu masih bayi pernah dimasukkan di kawah candradimuka dengan maksud untuk dibunuh. Bukannya mati melainkan justru menjadi ksatria mahasakti. Di kawah candradimuka itu juga si Tutuka digembleng oleh Batara Empu Anggajali sehingga tampil menjadi ksatria perkasa. Anak dari Bima itulah yang kemudian dikenal dengan nama Gatotkaca yang sanggup mengalahkan musuh para dewa.

Entah siapa nama yang disebutkan di atas. Orang tahu itu hanya ada dalam kisah wayang Indonesia, tapi nama mereka tumbuh abadi. Bagaimana dengan kita yang jelas-jelas wujudnya nyata. Siapkah digembleng, dibina, diplonco, pada suatu tempat yang bernama Kawah Candradimuka itu??

Mungkin si Tejo menyinyir,”Alaaah gak percaya aku. Pasti berat dan susah tuh ngampus di “kawah” itu, sok ngejamin-jamin begitu?

Dan mungkin saya yang akan pertama kali mengomentari,”Bro, pahit itu hanya di lidah. Selebihnya efeknya terasa di badan, menyehatkan.”

Coba pertemukan saja Tejo dengan Zawinnuha yang pernah habis-habisan menempa kesaktian di kawah itu. Zawin pun akan bersemangat jika dipancing untuk menyebarkan ‘virus’ yang disantapnya mentah-mentah itu selama penggojlogan.

Ia pun mulai berpetuah bak boss besar,”Bro, seorang petinju akan berlatih selama 4 bulan hanya untuk bertanding 10 ronde saja. Apalagi kita yang harus bertanding seumur hidup melawan nafsu.”
Si Tejo hanya beringsut dan termangu menyimak,”hmmmm begitu,” jawab Tejo dingin.

“Sepakbola adalah permainan yang sungguh-sungguh, karena ia sungguh-sungguh dalam bermain. Sebagaimana pelawakpun yang penampilannya penuh permainan, tidak pernah tidak sungguh-sungguh selama di atas panggung. Allah telah Membuka tabir bahwa kehidupan hanyalah permainan dan senda gurau, tapi tidak boleh main-main dalam hidup.”lanjut Zawin dengan nada wibawa.

Entah di’cekoki’ oleh mentor yang mana Zawin berlaga seperti Ustadz ataupun motivator. Entah berapa omzet yang dikantonginya tapi secara PD ia lukiskan dan paparkan uraian cahaya kehidupan. Tapi kenapa bukan ia gemborkan saja kepada hal-hal yang sifatnya materi:

-“Bisnis adalah bisnis tak usah kau pandang bulu.”

-“Everything is money. Kalau gak ada hubungannya dengan itu maka jangan ajak saya.”

-“Empati belakangan, yang penting upeti dulu.”

-“Ini hasil keringat saya, maka saya yang berhak memutuskan.”

Melihat dengan nyata dan kasat mata pada apa yang ada dalam diri Zawin, Tejo pun memutuskan untuk memasuki Kawah Candradimuka itu. Dan mari kita lihat perubahan wajah Tejo setahun kemudian. Akankah dia kemudian berpetuah hebat seperti Zawin setelah 365 hari itu? Apa gerangan yang terjadi setelah ia di’rebus’ di dalam Kawah Candradimuka dalam waktu yang sesingkat itu?

Kalau kita buang angin, yang kita cuci atau kita basuh dengan air dalam berwudlu, bukanlah wilayah biologis yang mengeluarkan angin itu, melainkan wajah kita. Mungkin karena yang harus terutama dipertahankan oleh manusia adalah kebersihan jiwa dan kualitas kepribadiannya, yang tercermin atau diwakili oleh penampilan wajahnya.

“Akan tetapi pikiran dan prinsip semacam itu tidak cocok dengan dunia modern, karena tidak realistis dan kurang pragmatis. Yang paling utama dari wajah manusia bukanlah muatan mutunya, bukan keindahan pribadinya, juga bukan tanggung jawab sosialnya — melainkan apakah ia komersial atau tidak, marketable atau tidak, alias layak jual atau tidak.

Sebagian dari Anda tentu tidak pernah menyangka bahwa Tuhan menciptakan wajah manusia itu urusan utamanya adalah jual beli kepribadian dan kemanusiaan.
Sebagian dari Anda tidak menyangka bahwa Tuhan menciptakan wajah manusia itu urusan utamanya adalah jual beli kepribadian dan kemanusiaan.” Ucap Tejo dengan penuh logika dan dialektik.

Boss Ncek
Cilandak, 14/01/2017

2 komentar:

  1. Kebetulan pernah dengar kalimat 'Candradimuka'. Pas dicari ternyata kisah wayang. Kirain pmbersih muka hehehe

    BalasHapus